Jumat, 22 Mei 2009

solusi untuk menangani Limbah

India dikenal paling maju di bidang industri teknologi informasi terutama komputer, tetapi sebaliknya dalam mengelola limbah elektronik. Masalah utama adalah lemahnya undang-undang yang mengatur penanganan serta tak memadainya cara dan teknologi yang digunakan.
Asif yang bekerja di unit daur ulang limbah elektronik menghabiskan waktunya seharian mengais rezeki di tempat sampah ini. Sepanjang waktu itu pula ia menghirup jelaga yang keluar dari pembakaran limbah komputer. Bergumul dengan sampah ini, kulitnya pun sampai bersisik dan mengelupas. Namun, pekerjaan ini tidak mungkin ditinggalkan karena tuntutan kebutuhan untuk hidup yang lebih mendesaknya.
Kisah Asif ini telah didokumentasikan dan ditayangkan dalam CMS Vatavaran Environment Film Festival dan diputar kembali sebagai pendahuluan dari simposium tentang "Pengelolaan Limbah Elektronik", Oktober lalu di Bangalore, India.
Pekerja pendaur ulang sampah elektronik ini merupakan potret dari masyarakat India yang tidak mengetahui bahaya yang tengah mengancam kehidupan mereka karena terpapar bahan berbahaya dan beracun (B3) dari limbah tersebut.
Padahal, dalam unit personal computer (PC) terkandung banyak material yang berbahaya dan beracun. Bahan beracun seperti timbal dan kadmium terdapat pada papan sirkuit, tabung monitor (cathode ray tubes/CRT), dan baterai komputer. Merkuri ditemukan dalam sakelar dan monitor layar datar, sedangkan polychlorinated biphenyls (PCB) digunakan pada kapasitor dan transformer. Kandungan brom ditemukan dalam cetakan papan rangkaian elektronik dan plastik pembungkus. Bahaya lainnya muncul dari kabel isolator polyvinyl chloride (PVC) yang ketika dibakar untuk diambil tembaganya akan mengeluarkan racun dioxin dan furan.
Limbah komputer memiliki bahaya kesehatan dan lingkungan yang signifikan. Bahan kimia yang sangat beracun dalam berbagai bagian komponen komputer dapat mengontaminasi tanah, air tanah, dan udara, serta masuk dalam tubuh pekerja yang menangani limbah dan komunitas yang tinggal di sekitar lokasi pengolahan limbah. Dampak kesehatan yang muncul, antara lain, adalah kanker kulit, kanker paru, kecacatan, dan menurunnya tingkat kecerdasan.
Sumber B3 ini mungkin kecil dampaknya apabila volumenya kecil. Namun, sebaliknya yang terjadi di India. Negeri ini mengeluarkan 1.650 ton limbah elektronik setiap tahunnya.
"Limbah elektronik tidak hanya menyangkut kepentingan ekonomi, tetapi juga masalah sosial," ujar H C Sharatchandra, Ketua Dewan Pengendalian Polusi Bangalore dalam simposium tersebut.
India memang begitu maju dalam penguasaan teknologi informasi (TI), terutama komputer. Namun, ketika harus menangani limbah elektronik, jauh tertinggal. Masalahnya karena lemahnya hukum yang mengatur ini dan penegakan hukumnya.
Impor limbah berbahaya dan beracun ke India sebenarnya telah dilarang sebelum tahun 1997 oleh mahkamah agung yang merefleksikan kesepakatan Basel tentang itu. Namun, dalam penegakan hukum di lapangan terjadi penyimpangan.
Gaya hidup
Masalah yang berkaitan dengan e-waste di India mulai muncul ke permukaan setelah tahun 1990, seusai fase pertama liberalisasi ekonomi.
Pada tahun itu terjadi perubahan kebijakan ekonomi yang memicu pula pola konsumsi dan menaikkan volume limbah produk elektronika dari rumah tangga, perkantoran, industri, dan sektor publik. Selain perubahan gaya hidup akibat kebijakan itu, urbanisasi juga menaikkan tingkat konsumsi produk elektronik, yang berarti pula menambah bahan buangan ini.
Meningkatnya volume limbah di dalam negeri juga dipicu kebijakan bebas bea bagi impor perlengkapan TI dari perusahaan yang beroperasi di India. Penumpukan limbah elektronik di India juga semakin tinggi dengan adanya kebijakan dumping limbah dari negara maju.
Investigasi yang dilaksanakan di India dalam rangka Basel Action Network mengungkapkan bahwa terjadi kamuflase perdagangan limbah yang dilaksanakan dengan dalih untuk menggunakan ulang perlengkapan komputer itu atau sebagai donasi dari negara maju kepada negara berkembang.
Bagi negara maju, untuk mengatasi polusi di negaranya dan menekan biaya pengolahan, mereka lebih memilih mengirim limbah elektroniknya ke negara berkembang, dengan iming-iming kandungan material yang memiliki nilai ekonomis.
Impor skrap PC dari negara asing kebanyakan dalam bentuk monitor, printer, kibor, CPU, mesin ketik, dan kabel PVC. Material tersebut sangat sulit dan rumit didaur ulang dalam lingkungan terbuka, bahkan di negara yang telah maju.
Pendaurulangan limbah komputer memerlukan teknologi yang canggih dan tinggi serta proses yang tidak hanya sangat mahal, tetapi juga memerlukan keahlian khusus dan pelatihan dalam pengoperasiannya.
Penimbunan limbah elektronik, khususnya limbah komputer, ke India dari negara maju merupakan masalah yang rumit. Di India, sebagian besar pendaur ulang sampah ini tidak memiliki teknologi yang memadai dan mahal untuk menanganinya. Skrap komputer diolah melalui berbagai cara, seperti pemakaian kembali (reuse), pembuangan secara konvensional di-sanitary landfill, dibakar di insinerator, dan didaur ulang.
Solusi
Menghadapi masalah tersebut, Pemerintah New Delhi berbasis pada Toxics Link (organisasi nonpemerintah di bidang lingkungan hidup) melaksanakan penelitian untuk menjembatani kesenjangan antara pemahaman dan pengetahuan perdagangan sampah komputer dan teknologi pemrosesan ulang.
Dengan meningkatnya limbah komputer dan penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses pembuatannya serta munculnya dumping ilegal di India, menurut Ravi Agarwal mewakili Toxics Link, diperlukan rekomendasi dalam manajemen limbah elektronik dalam kerangka kerja yang luas tentang extended producer responsibility dan precautionary principle sehingga kebijakan di masa depan dapat lebih responsif terhadap isu tersebut.
Solusi juga harus datang dari tingkat akar rumput. Masyarakat industri harus mampu menghapus bahan kimia beracun dan menggantikannya dengan alternatif yang lebih aman. Perusahaan peranti lunak hendaknya mendesain produk dengan masa pakai yang lebih panjang. Dengan demikian, ujar Sharatchandra, hal ini secara tak langsung akan mengurangi risiko pencemaran lingkungan

Pengertian Polusi

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila:1. jumlahnya melebihi jumlahnormal2. berada pada waktu yang tidaktepat3. berada pada tempat yang tidaktepat
Gbr. Lingkungan Dikelilingi Polusi
Sifat polutan adalah:1. merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi2. merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.
Macam-macam PencemaranMacam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat terjadinya, macam bahan pencemarnya, dan tingkat pencemaran.
a. Menurut tempat terjadinyaMenurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.
1. Pencemaran udaraPencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut.a. Gas HzS. Gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi, bisa juga dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
b. Gas CO dan COz. Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak berbau, bersifat racun, merupakan hash pembakaran yang tidak sempurna dari bahan buangan mobil dan mesin letup. Gas COZ dalam udara murni berjumlah 0,03%. Bila melebihi toleransi dapat meng-ganggu pernapasan. Selain itu, gas C02 yang terlalu berlebihan di bumi dapat mengikat panas matahari sehingga suhu bumi panas. Pemanasan global di bumi akibat C02 disebut juga sebagai efek rumahkaca.
c. Partikel SOZ dan NO2. Kedua partikel ini bersama dengan partikel cair membentuk embun, membentuk awan dekat tanah yang dapat mengganggu pernapasan. Partikel padat, misalnya bakteri, jamur, virus, bulu, dan tepung sari juga dapat mengganggu kesehatan.
d. Batu bara yang mengandung sulfur melalui pembakaran akan meng-hasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida ber$ama dengan udara serta oksigen dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam ini membentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan yang disebut hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan pernapasan, perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.
Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya, nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan jatuh di bumi. materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan, tumbuhan, dan juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu, dapat menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan bahkan kematian.
Pencemaran udara dinyatakan dengan ppm (part per million) yang artinya jumlah cm3 polutan per m3 udara.
2. Pencemaran airPolusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut.
a. Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun.
b. Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan 02 di air berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
c. Fosfat hasil pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanian terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming alga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis karena sinar matahari terhalang.
Salah satu bahan pencemar di laut ada lah tumpahan minyak bumi, akibat kecelakaan kapal tanker minyak yang sering terjadi. Banyak organisme akuatik yang mati atau keracunan karenanya. (Untuk membersihkan kawasan tercemar diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya yang mahal. Bila terlambat penanggulangan-nya, kerugian manusia semakin banyak. Secara ekologis, dapat mengganggu ekosistem laut.
Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar. 3. Pencemaran tanahPencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini : a. sampah-sampah pla.stik yang sukar hancur, botol, karet sintesis, pecahan kaca, dan kaleng b. detergen yang bersifat non bio degradable (secara alami sulit diuraikan) c. zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.4. Polusi suaraPolusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.
b. Menurut macam bahan pencemarMacam bahan pencemar adalah sebagai berikut.
1. Kimiawi; berupa zat radio aktif, logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Hi), pupuk anorganik, pestisida, detergen dan minyak. 2. Biologi; berupa mikroorganisme, misalnya Escherichia coli, Entamoeba coli, dan Salmonella thyposa. 3. Fisik; berupa kaleng-kaleng, botol, plastik, dan karet.
c. Menurut tingkat pencemaranMenurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak. Tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan padapanca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yang menyebabkan mata pedih. 2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa) di Minamata Jepang yang menyebabkan kanker dan lahirnya bayi cacat.3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan. Misalnya pencemaran nuklir.
2. Parameter Pencemaran Dengan mengetahui beberapa parameter yang ads pads daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramaterparameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah sebagai berikut : a. Parameter kimiaParameter kimia meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam berat. b. Parameter biokimiaParameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen dalam air. Cars pengukurannya adalah dengan menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennya selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakan untuk mengukur banyaknya pencemar organik.
Menurut menteri kesehatan, kandungan oksigen dalam air minum atau BOD tidak boleh kurang dari 3 ppm.
c. Parameter fisikParameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan radioaktivitas.
d. Parameter biologiParameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton.

Rabu, 20 Mei 2009

Pengolahan limbah

APAKAH LIMBAH TEKSTIL ITU ?
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasil kan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sistesis.
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar. Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton. Informasi tentang banyaknya limbah produksi kecil batik tradisional belum ditemukan.
PROSES PEMBUATAN TEKSTIL
Serat buatan dan serat alam (kapas) diubah menjadi barang jadi tekstil dengan menggunakan serangkaian proses. Serat kapas dibersihkan sebelum disatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas dikanji agar serat menjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekat gelatin, getah, polivinil alkohol (PVA) dan karboksimetil selulosa (CMC). Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses kering.
Sesudah penenunan serat dihilangkan kanjinya dengan asam (untuk pati) atau hanya air (untuk PVA atau CMC). Penghilangan kanji pada kapas dapat memakai enzim. Sering pada waktu yang sama dengan pengkanjian, digunakan pengikisan (pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk menghilangkan kotoran dari kain kapas. Kapas juga dapat dimerserisasi dengan perendaman dalam natrium hidroksida, dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam untuk meningkatkan kekuatannya.
Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, peroksida atau asam perasetat dan asam borat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan. Kapas memerlukan pengelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan (seperti pendidihan dengan soda abu dan peroksida).
Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan memakai proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sesudah ditenun. Di Indonesia denim biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantara kegiatan pemberian warna. Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau kasa.
SUMBER LIMBAH
Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam. Di Indonesia zat warna berdasar logam (krom) tidak banyak dipakai. Proses pencetakan menghasilkan limbah yang lebih sedikit daripada pewarnaan.
JENIS LIMBAH
1Logam berat terutama As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn.2. Hidrokarbon terhalogenasi (dari proses dressing dan finishing)3. Pigmen, zat warna dan pelarut organic4. Tensioactive (surfactant)
PENANGANAN LIMBAH
1.Langkah pertama untuk memperkecil beban pencemaran dari operasi tekstil adalah program pengelolaan air yang efektif dalam pabrik, menggunakan :
Pengukur dan pengatur laju alir
Pengendalian permukaan cairan untuk mengurangi tumpahan Pemeliharaan alat dan pengendalian kebocoran Pengurangan pemakaian air masing-masing proses Otomatisasi proses atau pengendalian proses operasi secara cermat
Penggunaan kembali alir limbah proses yang satu untuk penambahan (make-up) dalam proses lain (misalnya limbah merserisasi untuk membuat penangas pemasakan atau penggelantangan)
Proses kontinyu lebih baik dari pada proses batch (tidak kontinyu)
Pembilasan dengan aliran berlawanan
2. Penggantian dan pengurangan pemakaian zat kimia dalam proses harus diperiksa pula :
Penggantian kanji dengan kanji buatan untuk mengurangi BOD Penggelantangan dengan peroksi da menghasilkan limbah yang kadarnya kurang kuat daripada penggelantangan pemasakan hipoklorit
Penggantian zat-zat pendispersi, pengemulsi dan perata yang menghasilkan BOD tinggi dengan yang BOD-nya lebih rendah.
3.Zat pewarna yang sedang dipakai akan menentukan sifat dan kadar limbah proses pewarnaan. Pewarna dengan dasar pelarut harus diganti pewarna dengan dasar air untuk mengurangi banyaknya fenol dalam limbah. Bila digunakan pewarna yang mengandung logam seperti krom, mungkin diperlukan reduksi kimia dan pengendapan dalam pengolahan limbahnya. Proses penghilangan logam menghasilkan lumpur yang sukar diolah dan sukar dibuang. Pewarnaan dengan permukaan kain yang terbuka dapat mengurangi jumlah kehilangan pewarna yang tidak berarti.
4.Pengolahan limbah cair dilakukan apabila limbah pabrik mengandung zat warna, maka aliran limbah dari proses pencelupan harus dipisahkan dan diolah tersendiri. Limbah operasi pencelupan dapat diolah dengan efektif untuk menghilangkan logam dan warna, jika menggunakan flokulasi kimia, koagulasi dan penjernihan (dengan tawas, garam feri atau poli-elektrolit). Limbah dari pengolahan kimia dapat dicampur dengan semua aliran limbah yang lain untuk dilanjutkan ke pengolahan biologi.
Jika pabrik menggunakan pewarnaan secara terbatas dan menggunakan pewarna tanpa krom atau logam lain, maka gabungan limbah sering diolah dengan pengolahan biologi saja, sesudah penetralan dan ekualisasi. Cara-cara biologi yang telah terbukti efektif ialah laguna aerob, parit oksidasi dan lumpur aktif. Sistem dengan laju alir rendah dan penggunaan energi yang rendah lebih disukai karena biaya operasi dan pemeliharaan lebih rendah. Kolom percik adalah cara yang murah akan tetapi efisiensi untuk menghilangkan BOD dan COD sangat rendah, diperlukan lagi pengolahan kimia atau pengolahan fisik untuk memperbaiki daya kerjanya.
Untuk memperoleh BOD, COD, padatan tersuspensi, warna dan parameter lain dengan kadar yang sangat rendah, telah digunakan pengolahan yang lebih unggul yaitu dengan menggunakan karbon aktif, saringan pasir, penukar ion dan penjernihan kimia.
PEMANFAATAN LIMBAH
Industri tekstil tidak banyak menghasilkan banyak limbah padat. Lumpur yang dihasilkan pengolahan limbah secara kimia adalah sumber utama limbah pada pabrik tekstil. Limbah lain yang mungkin perlu ditangani adalah sisa kain, sisa minyak dan lateks. Alternatif pemanfaatan sisa kain adalah dapat digunakan sebagai bahan tas kain yang terdiri dari potongan kain-kain yang tidak terpakai, dapat juga digunakan sebagai isi bantal dan boneka sebagai pengganti dakron.
Lumpur dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan airnya dengan saringan plat atau saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai tidak mengandung krom atau logam lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah. Jika lumpur mengandung logam, maka ia harus disimpan ditempat yang aman, sampai ada suatu tempat pengolahan limbah berbahaya yang dikembangkan di Indonesia, dan yang ada pada saat ini adalah Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) di Cilengsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Minggu, 10 Mei 2009

JAKARTA- Limbah komputer yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masih belum ditangani secara khusus di Indonesia. Pengolahan sampah biasa padahal tak mempan bagi zat-zat beracun di dalamnya.
Merkuri, timbel, kadmium, sejumlah bahan beracun lain, dan plastik yang tak bisa terurai di tanah merupakan bahan yang terkandung dalam komponen komputer. Bukan hanya komputer, semua peranti elektronik yang mengisi keseharian kita mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Penanganan khusus bagi komponen ini sangat dibutuhkan.
Limbah benda elektronik tersebut tak akan dapat diurai dengan mudah menggunakan sistem pengolahan limbah biasa atau insinerator sekalipun. B3 seperti timbel dan merkuri mampu mengontaminasi air dan udara sehingga mengganggu kesehatan manusia dan ekosistem lingkungan.
“Setahu saya sampai saat ini belum ada yang memikirkan masalah limbah elektronik ini. Kita padahal butuh penanganan menyeluruh dan khusus. Bayangkan, tambah ke depan konsumsi produk elektronik kita makin tinggi. Untuk televisi saja kini hanya dapat bertahan lima tahun. Komputer bisa jadi hanya dua tahun mengingat pesatnya kemajuan teknologi, belum lagi telepon seluler ponsel,” ungkap Richard Mengko, Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi Kementrian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) kepada SH di Jakarta, Selasa (10/10).
Menurut Richard, institusi yang harus mulai memikirkan problem ini adalah Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) sebagai pihak yang paling kompeten di bidang industri produk elektronik. Sementara itu, pihak KNRT akan mencari solusi teknologi pengolahan limbahnya. Teknologi itu sendiri bisa diadopsi dari negara lain yang sudah lebih dulu memiliki sistem pengolahan limbah komputer.

Berbeda
Yang pasti limbah komputer tidak dapat disamakan dengan limbah biasa. Satu unit komputer terdiri dari komponen majemuk yang terdiri dari beragam kombinasi zat kimia. Semua substansi ini tergabung dalam komponen elektronik yang sulit diuraikan oleh mesin pelebursampah semacam insinerator. Komponen tersebut bahkan kian berbahaya jika secara sengaja atau tidak masuk ke dalam insinerator.
Misalnya saja bahan tembaga, sejenis katalis untuk pembentukan dioksin dapat memicu polusi jika diinsinerasi yang notabene melalui proses pembakaran. Bahan lain seperti brom jika dipanaskan dalam insinerator yang bersuhu 600-800 derajad Celcius akan menghasilkan bahan beracun polybrominated dioxins (PBDDs) dan furans (PBDFs).
Logam berat jika dimasukan ke insinerator akan menghasilkan lebih dari 90 persen bahan kadmium dan 70 persen merkuri yang berbahaya bagi kesehatan. Di negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Kanada, dioksin yang berasal dari proses insinerasi limbah komputer dianggap sebagai sumber utama polusi udara yang merusak atmosfer.
Agak sulit mendapatkan data pasti jumlah komputer bekas yang diekspor dari AS ke negara seperti Taiwan dan China. Ini disebabkan adanya publikasi bahwa produsen selalu mendaur ulang limbahnya.
Pengolahan
Tidak semua komputer bekas didaur ulang, bahkan sebagian besar dijual ke negara berkembang termasuk Indonesia. Tentu saja ekspor ini sangat menguntungkan produsen sebab mereka tidak perlu membayar upah pekerja untuk mendaur ulang.
Sebuah program percobaan membuktikan, mengimpor limbah monitor komputer dari San Jose, California, ke China lebih murah 10 kali lipat ketimbang harus menjalankan proses daur ulang.
Namun, China juga tidak kalah pintar. “Di Hong Kong ada perusahaan yang bisa kaya berkat bisnis pengolahan limbah barang elektronik,” kata Richard. Pengolahan ini dilakukan secara manual, mengurai komponen elektronik satu demi satu. Ada bahan berharga seperti emas dan perak yang cukup lumayan didapat dari penguraian tersebut.
“Memang tidak seberapa jumlahnya, tapi kalau dari 5.000 unit komputer saja cukup lumayan,” demikian Richard.
Akankah Indonesia meniru China dalam mengolah limbah komputernya? Yang jelas perlu penanganan khusus yang disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari industri, pemerintah dan masyarakat sendiri
Galileo Galilei dilahirkan di Pisa, Tuscany pada tanggal 15 Februari 1564 sebagai anak pertama dari Vincenzo Galilei, seorang matematikawan dan musisi asal Florence, dan Giulia Ammannati. Ia sudah dididik sejak masa kecil. Kemudian, ia belajar di Universitas Pisa namun terhenti karena masalah keuangan. Untungnya, ia ditawari jabatan di sana pada tahun 1589 untuk mengajar matematika. Setelah itu, ia pindah ke Universitas Padua untuk mengajar geometri, mekanika, dan astronomi sampai tahun 1610. Pada masa-masa itu, ia sudah mendalami sains dan membuat berbagai penemuan.

Pada tahun 1612, Galileo pergi ke Roma dan bergabung dengan Accademia dei Lincei untuk mengamati bintik matahari. Di tahun itu juga, muncul penolakan terhadap teori Copernicus, teori yang didukung oleh Galileo. Pada tahun 1614, dari Santa Maria Novella, Tommaso Caccini mengecam pendapat Galileo tentang pergerakan bumi, memberikan anggapan bahwa teori itu sesat dan berbahaya. Galileo sendiri pergi ke Roma untuk mempertahankan dirinya. Pada tahun 1616, Kardinal Roberto Bellarmino menyerahkan pemberitahuan yang melarangnya mendukung maupun mengajarkan teori Copernicus.

Galileo menulis Saggiatore di tahun 1622, yang kemudian diterbitkan pada 1623. Pada tahun 1624, ia mengembangkan salah satu mikroskop awal. Pada tahun 1630, ia kembali ke Roma untuk membuat izin mencetak buku Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo yang kemudian diterbitkan di Florence pada 1632. Namun, di tahun itu pula, Gereja Katolik menjatuhkan vonis bahwa Galileo harus ditahan di Siena.

Di bulan Desember 1633, ia diperbolehkan pensiun ke vilanya di Arcetri. Buku terakhirnya, Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove scienze diterbitkan di Leiden pada 1638. Di saat itu, Galileo hampir buta total. Pada tanggal 8 Januari 1642, Galileo wafat di Arcetri saat ditemani oleh Vincenzo Viviani, salah seorang muridnya.


[sunting] Astronomi
Tidak seperti yang dipercaya sebagian orang, Galileo tidak menciptakan teleskop tapi ia telah menyempurnakan alat tersebut. Ia menjadi orang pertama yang memakainya untuk mengamati langit, dan untuk beberapa waktu, ia adalah satu dari sedikit orang yang bisa membuat teleskop sebagus itu. Awalnya, ia membuat teleskop hanya berdasarkan deskripsi tentang alat yang dibuat di Belanda pada 1608. Ia membuat sebuah teleskop dengan perbesaran 3x dan kemudian membuat model-model baru yang bisa mencapai 32x. Pada 25 Agustus 1609, ia mendemonstrasikan teleskop pada pembuat hukum dari Venesia. Selain itu, hasil kerjanya juga membuahkan hasil lain karena ada pedagang-pedagang yang memanfaatkan teleskopnya untuk keperluan pelayaran. Pengamatan astronominya pertama kali diterbitkan di bulan Maret 1610, berjudul Sidereus Nuncius.

Galileo menemukan tiga satelit alami Jupiter -Io, Europa, dan Callisto- pada 7 Januari 1610. Empat malam kemudian, ia menemukan Ganymede. Ia juga menemukan bahwa bulan-bulan tersebut muncul dan menghilang, gejala yang ia perkirakan berasal dari pergerakan benda-benda tersebut terhadap Jupiter, sehingga ia menyimpulkan bahwa keempat benda tersebut mengorbit planet.

Galileo adalah salah satu orang Eropa pertama yang mengamati bintik matahari, diperkirakan astronom Tionghoa sudah mengamatinya sejak lama. Selain itu, Galileo juga adalah orang pertama yang melaporkan adanya gunung dan lembah di bulan, kesimpulan yang diambil melihat dari pola bayangan yang ada di permukaan. Ia kemudian memberi kesimpulan bahwa bulan itu "kasar dan tidak rata, seperti permukaan bumi sendiri", tidak seperti anggapan Aristoteles yang menyatakan bulan adalah bola sempurna.

Galileo juga mengamati planet Neptunus pada 1612 namun ia tidak menyadarinya sebagai planet. Pada buku catatannya, Neptunus tercatat hanya sebagai sebuah bintang yang redup.

Jumat, 01 Mei 2009

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Karakteristik limbah:

1.Berukuran mikro
2.Dinamis
3.Berdampak luas (penyebarannya)

4.Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:

1.Volume limbah

2.Kandungan bahan pencemar

3.Frekuensi pembuangan limbah

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:

1.Limbah cair

2.Limbah padat

3.Limbah gas dan partikel

4.Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:

1.pengolahan menurut tingkatan perlakuan

2.pengolahan menurut karakteristik limbah

Indikasi Pencemaran Air

Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian.

1. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 – 7.5. Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggukehidupan organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parahjika daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam.

2. Perubahan warna, bau dan rasa Air normak dan air bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal darilimba industri atau dari hasil degradasioleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.

3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut Endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendapdidsar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid dan akan menghalangibahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD. Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari :

Bahan buangan padat
Bahan buangan organik
Bahan buangan anorganik